Sabtu, 05 Oktober 2013

Memimpin Interest


Oleh : Duski Samad
Dekan Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Ketua DPD PERTI Sumbar

Padang Ekspres • Sabtu, 05/10/2013

Kata interest dimaksudkan dalam judul di atas mengacu pada apa yang dimuat dalam Kamus Be­sar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata interest ber­arti kepentingan, keperluan, kebutuhan, men­dahulukan atau mem­pu­nyai kepentingan; mem­punyai keperluan (urusan) selain yang—dilarang masuk. Da­lam percakapan sehari-hari kata interest dimaknai pada te­kanan lebih men­da­hulu­kan kepentingan sem­pit dan sing­kat dari kepentingan luas dan panjang. Seorang di­­­­katakan memiliki interest ada­­lah mereka yang lebih men­­dahulukan kepentingan di­­rinya, kelompoknya atau ko­­munitasnya, dan meng­abai­kan kepentingan bersama.

Kata memimpin menjadi subyek judul tulisan ini lebih diarahkan pada kesiapan personal pe­mimpin dalam mengerakkan organisasi yang di­amanahi kepadanya.


Memimpin adalah strategi dan kemampuan menggunakan sum­ber daya untuk mencapai tu­juan bersama. Pemimpin ada­lah orang yang dipilih, ditun­juk dan diberikan keper­cayaan me­mim­pin satu organisasi atau ke­lom­­pok. Pemimpin terdapat di or­g­anisasi formal dan informal baik dalam bidang kenegaraan, pen­­didikan, sosial dan keaga­maan.

Sedangkan kepemimpinan pa­­da dasarnya merupakan pro­ses memengaruhi orang lain un­tuk menjalankan tugas dalam men­­­c­apai tujuan yang ditetap­kan.

Kepemimpinan itu proses upa­ya memengaruhi aktivitas orang atau kelompok yang ditu­ju­­kan mencapai tujuan da­lam si­tuasi tertentu. Secara factual, ke­pe­­mimpinan ditentukan pada ko­­­munikasi dua arah. Karena, ke­­­p­emimpinan merupakan inte­rak­si saling memberikan penga­ruh dari dan kepada seseorang da­­­l­am suatu situasi. Secara riil, ke­­pemimpinan merupakan pro­ses dan aktivitas mengandung un­­­sur-unsur saling meme­nga­ru­hi, bekerja sama dalam kelom­pok yang diorganisir untuk men­ca­pai tujuan yang telah dite­tapkan.

Beragam teori tentang kepe­mimpinan, secara umum dapat di­katakan bahwa dalam satu ke­mimpinan, unsur interest dalam mak­na seluasnya begitu penting. Interest dalam artian kepenti­ngan sempit dan kepentingan luas, akan memberi makna ter­hadap komunikasi dan saling me­mengaruhi kepemimpinan.

Ketika interest diartikan da­lam makna sempit, yaitu kep­en­tingan pribadi, golongan dan ataupun tujuan tertentu, maka ia akan membawa gesekan dan ham­batan bagi percepatan tu­juan organisasi. Bila interest dari pi­­hak yang dipimpin dapat di­kon­tribusikan untuk tujuan ber­sama, maka ia akan menjadi ener­gi lebih bagi pencapaian tu­juan kepemimpinan itu sendiri.

Ditentukan Sistem

Potensi lemahnya kepemim­pi­nan dalam satu orga­nisasi le­bih banyak ditentukan sistem yang dibangun dalam lembaga ter­sebut. Pada dasarnya satu or­ga­nisasi, —lebihlebih lagi or­ga­nisasi formal atau birokrasi pe­­me­rintah—telah memiliki sis­tem dan mekanisme terukur dan jelas, lewat aturan dan ketentuan yang dibakukan. Masalah yang sering menjadi hambatan dalam pro­ses kemimpinan organisasi for­mal adalah terlalu kuatnya arus kepentingan pemimpin yang mengerakkannya. Untuk meluruskan dan menyamakan gerak langkah setiap komponen, di­perlukan koordinasi jelas an­ta­r­ele­men dan unsur-unsur ter­kait. Garis komando dan garis ko­ordinasi organisasi harus ditaati ber­sama dengan rendah hati.

Semua unsur harus menun­duk­­kan kepentingan pribadi, go­lo­­ngan ataupun pesan-pesan pi­hak lain di bawah kepentingan ke­­­pemimpinan kolektif atau or­ga­­nisasi. Penyamaan gerak se­mua dapat berjalan bila loko­mo­tif atau pemimpin pu­n­cak dapat men­jaga har­monisasi dan sua­sana keba­thinan (saling me­ma­hami, menghargai dan keikh­la­san) semua pihak.

Hal penting lainnya yang men­jadi prioritas adalah inte­gra­si. Kemampuan key person (to­koh kunci) dalam memba­ngun kesatuan jiwa, perasaan dan kemampuan mencapai tu­juan bersama, adalah syarat mutlak.

Integrasi personal, program da­lam implementasi kinerja ada­lah hal penting yang dapat me­mudahkan mencapai tujuan ber­sama. Bekerja terintegrasi (time work) adalah bagian pen­ting yang harus diperhatikan pemimpin pada setiap levelnya.

Melakukan sinkronisasi an­ta­ra pihak-pihak saling berhu­bu­ngan dalam satu sistem orga­ni­sasi atau kepemimpinan ada­lah mutlak diperlukan. Sinkronisasi ada­lah upaya dan cara tepat un­tuk meringankan beban kerja, me­­­mudahkan sistem kerja, men­­­­j­adikan biaya murah, dan le­bih dari itu akan menimbulkan se­­mangat kerja, kerja efektif, efe­sian, serta berdaya guna ting­gi. Tan­pa sinkronisasi, bisa men­da­tang­kan pekerjaan men­jadi be­rat, lama mencapai tujuan, me­nim­bulkan kecurigaan antar­b­a­gian dan efek negatif lainnya.

Memimpin (leadership) ada­­lah inti pokok manajemen. Ma­najemen akan menjadi baik dan berdayaguna tinggi bila ke­pemimpinannya dapat beker­ja efek­tif dan efesien. Pekerjaan me­mimpin pada dasarnya meng­­gerakkan manajemen satu orga­nisasi untuk mencapai tu­juan bersama. Pakar mana­jemen sering menyatakan bah­wa hakikatnya kepe­mimpinan itu adalah kemampuan mem­ba­ngun hubungan yang baik antar­ele­men kepemimpinan (human re­lation). Hubungan harmonis an­tarelemen pimpinan, pemim­pin dengan bawahan, dan semua hu­bungan kerja (stakeholder) ada­lah rukun (tiang utama) un­tuk berhasilnya salah satu order ke­pemimpinan. Dalam Islam, hu­bungan baik itu dikatakan si­la­turahmi sebagai resep mujarab mencapai kebahagiaan kerja dan tujuan bersama.      

Pemimpin Smart

Memimpin komunitas atau pun organisasi padat kepenti­ngan, baik kepentingan perso­nal, ideo­logi, status sosial, uang, ja­­batan dan sebagainya, me­mer­lu­kan ke­siapan lebih matang. Pa­kar ma­na­jemen sumber daya ma­­­nusia, khu­susnya dalam men­­­­­­je­­­laskan stra­tegi memimpin or­ga­ni­sasi yang full interest me­nge­mukakan, di­­perlukan pe­mim­pin yang smart. Smart yang dimaksud­kan bukan hanya seka­dar cerdas, sesuai arti kata smart itu sendiri, tapi memiliki kua­lifi­ka­si, komp­e­tensi dan integritas di­­ri sederhana, te­rukur, dapat di­per­caya, dapat di­terima semua dan terbuka.

Pemimpin simple atau se­der­­hana adalah mereka yang me­­miliki kemampuan intelek­tual mumpuni. Bukan dalam ar­tian sederhana, orang yang men­jadikan pekerjaan atau pro­s­es ke­pemimpinan seadanya saja. Pe­mimpin sederhana adalah me­reka yang dengan cerdas da­pat membuat pekerjaan ru­mit, sulit dan kompleks men­ja­­di mudah dan dapat dime­ngerti atau diselesaikan de­ngan mu­dah. Kecepatan berpi­kir mem­buat peta konsep (mind ma­ping) dan peta jalan (map rood) dari masalah yang diha­dapi akan de­­ngan me­mudah menjadikan pe­­mimpin di te­ngah-tengah ko­mu­nitas sarat kepentingan dapat men­jadi efektif. Pemimpin yang me­­rumitkan atau terlambat da­lam­ merumuskan masalah akan mu­­dah dipengaruhi me­reka yang memiliki kepenti­ngan ter­tentu.

Memimpin organisasi di dalamnya adalah orang-orang ba­nyak kepentingan yang harus me­miliki keahlian menentukan uku­ran dan batasan jelas, terha­dap semua sistem, mekanisme, dan tujuan yang hendak dicapai. Keterukuran (measurable) program, kinerja, budget, output, outcomes, dan semua hal diper­lukan untuk mencapai tujuan organisasi adalah alat kontrol un­tuk menghindarkan konflik in­terest yang akan mengganggu jalannya organisasi dan sulitnya mencapai tujuan bersama.

Keterpercayaan dalam be­n­tuk ke­a­dilan pembagian uang, pe­me­­ra­taan jatah dan hasil yang di da­patkan (accountable) ada­lah per­syarat utama untuk suk­ses memimpin organisasi yang penuh ke­pentingan. Lazim seka­li, satu o­r­g­anisasi ataupun ko­mu­nitas menjadi tidak efektif dan jatuh ber­kubang lumpur pa­da konflik ter­selubung antar­pe­mim­pin dan pe­mimpin de­ngan yang dipimpin, ke­tika keperca­yaan mengenai pem­bagian reze­ki (uang, jatah dan ke­untungan lain) tidak dapat di­pertang­gung­ja­wabkan secara ad­minis­trasi dan faktual.

Keterterimaan (realible) so­sok, gaya, dan style pemimpin ada­lah hal penting harus diper­ha­­tikan dalam memimpin orga­n­i­sasi sarat kepentingan. Pe­mim­­p­in arogan, cuek, merasa be­­nar sendiri, tidak mampu me­n­ga­yomi orang-orang yang di­pim­pinnya adalah sumber kon­flik bagi satu organisasi. Pemim­pin rea­lible adalah mere­ka san­tun, pe­duli, mengamongi dan me­mi­liki perhatian besar terha­dap orang-orang di bawah­nya. Pe­­ne­ri­maan terhadap se­orang pe­mim­p­in tidaklah cukup kare­na surat keputusan formal (SK), ka­pasitas intelektual, atau em­bel-embel lainnya, tapi yang ter­pen­ting lagi adalah kekuatan kha­­risma, mu­ruah dan kepri­ba­diannya.

Transparan atau keter­bu­kaan adalah sikap paling pen­ting un­tuk sukses me­mimpin orga­ni­sasi yang memi­liki mua­tan ke­pen­tingan tinggi. Terbuka ada­lah sikap fair dan tidak memihak sa­tu kelompok untuk tujuan ti­dak jelas. Terbuka dari sisi ma­najemen, keuangan dan kebi­ja­kan adalah kunci sukses kepe­mim­pinan komunitas cer­das. Ter­buka dalam artian mem­be­ri­kan porsi dan kebija­kan tepat pa­da orang atau tempat yang te­pat. Sikap menutup-nutupi yang seharusnya diketahui se­mua ang­gota komunitas ada­lah bom wak­tu yang sewaktu-waktu me­le­­­d­ak dan menghancurkan ke­utu­han komunitas atau orga­nisasi.     

Akhirnya, dapat disim­pul­kan me­mimpin adalah seni un­tuk me­nyatukan kepentingan se­mua pihak untuk mencapai tu­juan ber­sa­ma. Kepribadian yang Isla­mi, pe­ngetahuan mum­p­uni, dan kebeningan jiwa sang pe­mimpin, dan semua pihak da­lam kepe­mim­pinannya ada­lah ti­ket suk­ses­nya memimpin di ma­na saja. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar