Oleh : Duski Samad
Dekan Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Ketua DPD PERTI Sumbar
Kata interest dimaksudkan dalam judul di atas mengacu pada apa yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata interest
berarti kepentingan, keperluan, kebutuhan, mendahulukan atau
mempunyai kepentingan; mempunyai keperluan (urusan) selain
yang—dilarang masuk. Dalam percakapan sehari-hari kata interest
dimaknai pada tekanan lebih mendahulukan kepentingan sempit dan
singkat dari kepentingan luas dan panjang. Seorang dikatakan
memiliki interest adalah mereka yang lebih mendahulukan
kepentingan dirinya, kelompoknya atau komunitasnya, dan
mengabaikan kepentingan bersama.
Kata memimpin menjadi subyek
judul tulisan ini lebih diarahkan pada kesiapan personal pemimpin dalam
mengerakkan organisasi yang diamanahi kepadanya.
Memimpin adalah strategi dan
kemampuan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.
Pemimpin adalah orang yang dipilih, ditunjuk dan diberikan
kepercayaan memimpin satu organisasi atau kelompok. Pemimpin
terdapat di organisasi formal dan informal baik dalam bidang
kenegaraan, pendidikan, sosial dan keagamaan.
Sedangkan kepemimpinan pada
dasarnya merupakan proses memengaruhi orang lain untuk menjalankan
tugas dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan itu proses upaya
memengaruhi aktivitas orang atau kelompok yang ditujukan mencapai
tujuan dalam situasi tertentu. Secara factual, kepemimpinan
ditentukan pada komunikasi dua arah. Karena, kepemimpinan
merupakan interaksi saling memberikan pengaruh dari dan kepada
seseorang dalam suatu situasi. Secara riil, kepemimpinan merupakan
proses dan aktivitas mengandung unsur-unsur saling memengaruhi,
bekerja sama dalam kelompok yang diorganisir untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Beragam teori tentang kepemimpinan, secara umum dapat dikatakan bahwa dalam satu kemimpinan, unsur interest dalam makna seluasnya begitu penting. Interest
dalam artian kepentingan sempit dan kepentingan luas, akan memberi
makna terhadap komunikasi dan saling memengaruhi kepemimpinan.
Ketika interest
diartikan dalam makna sempit, yaitu kepentingan pribadi, golongan dan
ataupun tujuan tertentu, maka ia akan membawa gesekan dan hambatan
bagi percepatan tujuan organisasi. Bila interest dari pihak
yang dipimpin dapat dikontribusikan untuk tujuan bersama, maka ia
akan menjadi energi lebih bagi pencapaian tujuan kepemimpinan itu
sendiri.
Ditentukan Sistem
Potensi lemahnya kepemimpinan
dalam satu organisasi lebih banyak ditentukan sistem yang dibangun
dalam lembaga tersebut. Pada dasarnya satu organisasi, —lebihlebih
lagi organisasi formal atau birokrasi pemerintah—telah memiliki
sistem dan mekanisme terukur dan jelas, lewat aturan dan ketentuan yang
dibakukan. Masalah yang sering menjadi hambatan dalam proses
kemimpinan organisasi formal adalah terlalu kuatnya arus kepentingan
pemimpin yang mengerakkannya. Untuk meluruskan dan menyamakan gerak
langkah setiap komponen, diperlukan koordinasi jelas antarelemen
dan unsur-unsur terkait. Garis komando dan garis koordinasi organisasi
harus ditaati bersama dengan rendah hati.
Semua unsur harus
menundukkan kepentingan pribadi, golongan ataupun pesan-pesan
pihak lain di bawah kepentingan kepemimpinan kolektif atau
organisasi. Penyamaan gerak semua dapat berjalan bila lokomotif
atau pemimpin puncak dapat menjaga harmonisasi dan suasana
kebathinan (saling memahami, menghargai dan keikhlasan) semua
pihak.
Hal penting lainnya yang menjadi prioritas adalah integrasi. Kemampuan key person (tokoh kunci) dalam membangun kesatuan jiwa, perasaan dan kemampuan mencapai tujuan bersama, adalah syarat mutlak.
Integrasi personal, program
dalam implementasi kinerja adalah hal penting yang dapat memudahkan
mencapai tujuan bersama. Bekerja terintegrasi (time work) adalah bagian penting yang harus diperhatikan pemimpin pada setiap levelnya.
Melakukan sinkronisasi antara
pihak-pihak saling berhubungan dalam satu sistem organisasi atau
kepemimpinan adalah mutlak diperlukan. Sinkronisasi adalah upaya dan
cara tepat untuk meringankan beban kerja, memudahkan sistem kerja,
menjadikan biaya murah, dan lebih dari itu akan menimbulkan
semangat kerja, kerja efektif, efesian, serta berdaya guna tinggi.
Tanpa sinkronisasi, bisa mendatangkan pekerjaan menjadi berat,
lama mencapai tujuan, menimbulkan kecurigaan antarbagian dan efek
negatif lainnya.
Memimpin (leadership)
adalah inti pokok manajemen. Manajemen akan menjadi baik dan
berdayaguna tinggi bila kepemimpinannya dapat bekerja efektif dan
efesien. Pekerjaan memimpin pada dasarnya menggerakkan manajemen satu
organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Pakar manajemen sering
menyatakan bahwa hakikatnya kepemimpinan itu adalah kemampuan
membangun hubungan yang baik antarelemen kepemimpinan (human relation). Hubungan harmonis antarelemen pimpinan, pemimpin dengan bawahan, dan semua hubungan kerja (stakeholder) adalah rukun (tiang utama) untuk berhasilnya salah satu order kepemimpinan.
Dalam Islam, hubungan baik itu dikatakan silaturahmi sebagai resep
mujarab mencapai kebahagiaan kerja dan tujuan bersama.
Pemimpin Smart
Memimpin komunitas atau pun
organisasi padat kepentingan, baik kepentingan personal, ideologi,
status sosial, uang, jabatan dan sebagainya, memerlukan kesiapan
lebih matang. Pakar manajemen sumber daya manusia, khususnya
dalam menjelaskan strategi memimpin organisasi yang full interest mengemukakan, diperlukan pemimpin yang smart. Smart yang dimaksudkan bukan hanya sekadar cerdas, sesuai arti kata smart
itu sendiri, tapi memiliki kualifikasi, kompetensi dan integritas
diri sederhana, terukur, dapat dipercaya, dapat diterima semua dan
terbuka.
Pemimpin simple atau
sederhana adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual
mumpuni. Bukan dalam artian sederhana, orang yang menjadikan pekerjaan
atau proses kepemimpinan seadanya saja. Pemimpin sederhana adalah
mereka yang dengan cerdas dapat membuat pekerjaan rumit, sulit dan
kompleks menjadi mudah dan dapat dimengerti atau diselesaikan
dengan mudah. Kecepatan berpikir membuat peta konsep (mind maping) dan peta jalan (map rood)
dari masalah yang dihadapi akan dengan memudah menjadikan
pemimpin di tengah-tengah komunitas sarat kepentingan dapat
menjadi efektif. Pemimpin yang merumitkan atau terlambat dalam
merumuskan masalah akan mudah dipengaruhi mereka yang memiliki
kepentingan tertentu.
Memimpin organisasi di dalamnya
adalah orang-orang banyak kepentingan yang harus memiliki keahlian
menentukan ukuran dan batasan jelas, terhadap semua sistem, mekanisme,
dan tujuan yang hendak dicapai. Keterukuran (measurable) program, kinerja, budget, output, outcomes, dan semua hal diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi adalah alat kontrol untuk menghindarkan konflik interest yang akan mengganggu jalannya organisasi dan sulitnya mencapai tujuan bersama.
Keterpercayaan dalam bentuk keadilan pembagian uang, pemerataan jatah dan hasil yang di dapatkan (accountable)
adalah persyarat utama untuk sukses memimpin organisasi yang penuh
kepentingan. Lazim sekali, satu organisasi ataupun komunitas
menjadi tidak efektif dan jatuh berkubang lumpur pada konflik
terselubung antarpemimpin dan pemimpin dengan yang dipimpin,
ketika kepercayaan mengenai pembagian rezeki (uang, jatah dan
keuntungan lain) tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
administrasi dan faktual.
Keterterimaan (realible) sosok, gaya, dan style
pemimpin adalah hal penting harus diperhatikan dalam memimpin
organisasi sarat kepentingan. Pemimpin arogan, cuek, merasa
benar sendiri, tidak mampu mengayomi orang-orang yang dipimpinnya
adalah sumber konflik bagi satu organisasi. Pemimpin realible
adalah mereka santun, peduli, mengamongi dan memiliki perhatian
besar terhadap orang-orang di bawahnya. Penerimaan terhadap
seorang pemimpin tidaklah cukup karena surat keputusan formal (SK),
kapasitas intelektual, atau embel-embel lainnya, tapi yang
terpenting lagi adalah kekuatan kharisma, muruah dan kepribadiannya.
Transparan atau keterbukaan
adalah sikap paling penting untuk sukses memimpin organisasi yang
memiliki muatan kepentingan tinggi. Terbuka adalah sikap fair
dan tidak memihak satu kelompok untuk tujuan tidak jelas. Terbuka
dari sisi manajemen, keuangan dan kebijakan adalah kunci sukses
kepemimpinan komunitas cerdas. Terbuka dalam artian memberikan
porsi dan kebijakan tepat pada orang atau tempat yang tepat. Sikap
menutup-nutupi yang seharusnya diketahui semua anggota komunitas
adalah bom waktu yang sewaktu-waktu meledak dan menghancurkan
keutuhan komunitas atau organisasi.
Akhirnya, dapat disimpulkan
memimpin adalah seni untuk menyatukan kepentingan semua pihak untuk
mencapai tujuan bersama. Kepribadian yang Islami, pengetahuan
mumpuni, dan kebeningan jiwa sang pemimpin, dan semua pihak dalam
kepemimpinannya adalah tiket suksesnya memimpin di mana saja. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar