Sabtu, 20 April 2013

PERTI BANGKIT: PEMIMPIN BERKARAKTER

Prof. Dr. H. DUSKI SAMAD, M. Ag Tuanku Mudo
Ketua DPD PERTI Sumatera Barat


Nilai seseorang banyak ditentukan oleh karakter dirinya. Nabi Musa AS, ketika diangkat Allah menjadi Rasul untuk mengajak Fir’aun kepada jalan Allah berdoa agar diberikan karakter pemimpin, al-qur’an surat  Thahaa, 20:24-35. Isinya meliputi: (1). Pemimpin Lapang Dada.  Lapang dada adalah simbol dari orang yang luwes cara berfikir dan tenang dalam bersikapnyanya. Lapang dada adalah kesiapan diri untuk menerima berbagai keadaan yang terjadi. Pemimpin lapang dada adalah mereka yang tidak berfikir sempit dan cepat tersulut emosi menghadapi tingkah polah orang-orang yang mereka pimpin. Pemimpin lapang dada adalah mereka yang memiliki kendali control yang tangguh dan tegas dalam menghadapi situasi sulit. Lapang dada juga dapat dikatakan mereka tidak terjebak pada sikap kecil dan mengelompok pada kotak sempit. Pemimpin lapang dada akan lebih mengutamakan kepentingan lebih luas dari kepetingan sepihak atau sekelompok orang. Pemimpin lapang dada dapat juga dikatakan mereka yang lebih mengedepankan sikap negarawan di atas sikap sectarian dan primordialisme.

(2). Profesional dan Berkapasitas. Modal utama kedua adalah kemampuan professional dan kapasitas diri. Urusan kepemimpin itu jelas tidak mudah dan tidak sederhana. Urusan kepemimpinan itu memerlukan seperangkan kemampuan manajerial dan kemampuan teknis. Tidaklah patut dan jelas tidak mungkin akan sukses bila modal professionalitas seorang pemimpin itu terbatas. Kemampuan mengerti dengan seluk beluk dalam mengerakan dan mengurus satu profesi dan jabatan adalah modal dasar yang tak boleh diabaikan oleh seorang pemimpin. Alat ukur kemampuan atau profesionalitas seorang hanyalah tingkat pendidikan yang dilaluinya atau tingkat pengalaman hidup yang pernah dilewatinya. Penjenjangan pendidikan – S.1, S.2 dan S.3 – dapat menjadi tolok ukur kemampuan profesionalitas seseorang. Begitu juga hal pengalaman hidup atau (track record) yang pernah ditorehkan seseorang dapat pula menentukan keprofesionalannnya.
(3). Efektif Dalam berkomunikasi. Modal penting lainnya yang mesti harus dimiliki seorang pemimpin adalah komunikasi yang efektif dan efesian. Ide, gagasan dan rencana besar yang melekat dalam pikiran tidak akan diketahui atau diikuti orang bila tidak dijelaskan dengan baik dan lugas. Komunikasi yang menjelaskan dan memberikan kepastian tentang bentuk dan arah yang akan dilakukan bawahan adalah prasyarat utama dalam proses kepemimpinan. Komunikasi ngambang dan tidak lancer akan menghambat tercapai tujuan yang hendak diwujudkan seorang pemimpin. Kekakuan dalam berkomunikasi adalah juga masalah besar untuk suksesnya seorang pemimpin. Menakar seberapa efektif dan baiknya pola dan sisti komunikasi yang dipakai seorang tidak dapat dilepaskan dari budaya dimana seorang hidup. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, ia tidak saja menentukan prilaku siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana prilaku berlangsung, tetapi budaya juga ikut serta menentukan bagaimana orang merumuskan pesan, dan kondisi-kondisi untuk mengirim pesan, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
(4). Mendapat dukungan setia  dari orang baik-baik. Pemimpin adalah sosok yang tidak akan bisa berjalan dengan kehebatannya sendiri. Pemimpin pastilah dibantu oleh orang-orang terdekat dengannnya, baik dekat dalam artian structural maupun dalam makna sosial dan personal. Pembantu-pembantu dekat adalah personal yang cukup besar artinya dalam mempengaruhi kinerja pemimpin. Bagaimana pemimpin memilih orang-orang dekat dan atau pembantunya patutlah mereka belajar pada kepemimpin Nabi Musa … Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, Teguhkanlah dengan Dia kekuatanku,  Dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku, Supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau,Dan banyak mengingat Engkau. Orang-orang sekitar pemimpin yang didasarkan atas dasar hubungan kepentingan, tali darah dan tidak atas pertimbangan profesionalitas jelaskan akan membahayakan diri pemimpin itu sendiri. Akan tetapi, itu juga tidaksepenuhnya tidak baik, malah justru akan membantu lebih baik jika mereka memiliki kemampuan kinerja yang benar-benar dapat meneguhkan visi,misi dan program kerja pemimpin tersebut. Pilihan Nabi Musa meminta Harun saudaranya menjadi pembantunya didasarkan pada kompetensi dan kekuatan agamanya, ini sangat berharga untuk diteladani oleh para pemimpin. Semoga pemimpin, umat dan jamaah PERTI dapat meneladani dan berjuang untuk mewujudkan karakter kepemimpinan Nabi Musa AS, yang ayat di atas sudah menjadi doa harian ketika akan memulai menyampaikan pidato atau sambutan. Amin. Ds. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar