Sabtu, 20 April 2013

PERTI BANGKIT: ULAMA DAN POLITIK

Prof. Dr. H. DUSKI SAMAD, M. Ag Tuanku Mudo
Ketua DPD PERTI Sumatera Barat



Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS, Ali Imran, 3:26). Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu). (QS. Ali imran,3:28)

Penegasan bahwa ulama harus tahu dan mengerti politik adalah pesan penting yang dimaksudkan oleh dua ayat di atas. Ulama harus mampu mencontohkan kepada umat bahwa politik itu harus dapat dijalankan sesuai petunjuk Allah, politik harusnya dikonstribusikan untuk kepentingan lebih luas. Bahkan ada yang mengatakan politik akan menajdi ibadah bila niat, cara dan tujuannya untuk kemaslahatan umat. Tetapi sebaliknya, politik akan mendatangkan bencana bila fiqh politiknya didasarkan pada keserakahan untuk berkuasa dengang menjadikan ayat-ayat Allah sebagai legetimasi politik belaka. Ulama dituntut untuk tidak mau diintervensi oleh politikus busuk, khususnya dalam mengajak umat memilih mereka yang nyata-nyata sudah cacat dan bejat moralnya. Ulama harus mampu berfikir dan bertindak proporsional, elegan, arif dan menempatkan kepentingan umat dan agama di atas kepentingan orang, kelompok atau ideology tertentu. Nilai dan ideology Islam adalah kompas yang tak boleh lepas dalam menjalan politik Islam. 
Untuk memberikan penguatan dan pengokohan terhadap mimbar khotbah, ceramah dan tauhsiyah sebagai panggung mulia yang dimiliki ulama maka perlu dilakukan upaya yang  berkelanjutan yang dapat menegaskan fungsi-fungsi ulama tersebut. Fungsi mulia ulama sebagai pewaris perjuangan Nabi harusnya dapat menjadikan ulama bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang mengugat, melecehkan ataupun menolak keberadaan nabi, kesucian agama Islam dan prilaku tidak terpuji yang dilakukan orang perorang lalu digeneralisir sebagai ajaran agama. Dalam berpolitik, sikap ulama harus jelas menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu ya salah. Ulama tidak boleh abu-abu atau mendua. Nasehat ulama di atas mimbar dan tempat pengajian harus difokuskan pada usaha membentengi aqidah umat dari perusakan dan kerusakan. Perusakan dan kerusakan aqidah adalah bahaya yang sedang dan terus akan mengintai umat. Begitu juga harus mampu meperlihatkan akhlak mulia dan berpolitik santun dalam menyikapi ekses yang ditimbulkan atau sengaja direkayasa untuk merusak citra diri ulama. 
Tegas, istiqamah dan ikhlas dalam memperjuangan amar ma’ruf nahi munkar adalah sikap moral yang tidak boleh menipis dikalangan ulama. Motivasi dan  misi yang hendaknya ditanamkan kedalam diri kaum ulama adalah bahwa kehadiran ulama bukanlah untuk dirinya sendiri, ia juga bertugas melayani kepentingan umat. Ulama adalah khadimul ummah. Nasehat ulama kepada pemimpin, umat dan siapa saja adalah bentuk pelayanan ulama yang harus dimengerti semua pihak. Bila ada pendapat, taushiyah, pengajian dan tulisan ulama yang menyatakan kebenaran mestinya dihargai. Karena, nasehat ulama jelas didasarkan pada nilai-nilai dasar agama Allah yang pasti benarnya. Kalau demikian tidak ada alasan meremehkan atau tidak memperdulikan nasehat ulama. Peran dan posisi ulama yang demikian luas dan mulia itu hanya dapat dijaga oleh ulama dan umat yang cinta kebaikan. Oleh karenanya, kegiatan pemilihan kepemimpinan yang hanya sesaat ini dituntut jangan sampai menciderai martabat dan keluhuran ulama. Semoga juga kaum ulama dalam segala tingkatan agar mawas diri dan waspada ekstra hati-hati untuk tidak terjebak pada sikap dan kegiatan yang akan merugi umat dan Islam. Selamat berjuang untuk kebaikan. Fastabiqul khairat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar