Ketua DPD PERTI Sumatera Barat
A. Pendahuluan
Pasca Musda XV PERTI Sumatra Barat 1 dan 2 Februari
2013 ketua terpilih bersama anggota Formatur telah menyelesaikan tugas menyusun
kepengurusan PERTI untuk masa bakhti 2013–2018, yang tentunya dalam waktu dekat
akan dikeluarkan SK pengangkatannya dan segera pula dilakukan pelantikkannya. Menjelang
itu pada rapat formatur disepakati perlu ada konsolidasi dan silaturahim yang
lebih intensif guna penyamaan visi,persepsi dan gerak organisasi agar lebih
kuat dan cepat dalam mengikuti perubahan. Pertemuan silaturahim antara DPP, DPD
dan DPC serta tokoh-tokoh ini adalah bahagian penting dari konsolidasi itu.
Kehadiran PERTI dalam wajah dan potret diri yang lebih jernih dan mendekati
karakter aslinya menjadi tumpuan harapan dari kader-kader muda PERTI guna untuk
menjadikan PERTI sebagai wadah perjuangan pembinaan pendidikan, dakwah dan
sosial.
B.
Konsolidasi Ideologi
Tajdidun niat
(memperbaharui niat) adalah satu di
antara semangat yang hendaknya disamakan disemua komponen organisasi ini.
Menegaskan niat, motivasi, visi, dan orentasi bahwa berorganisasi di PERTI
untuk ibadah adalah konsep kunci untuk lurusnya mujahadah. Adalah satu hal yang
keliru dan mendustai perjuangan masyaikh pendiri PERTI bila di PERTI orang
ingin dan berupaya memperoleh sesuatu yang bersifat materi dan kesempatan
tertentu lewat PERTI. Kesempatan menjadikan PERTI sebagai wadah perjuangan
ibadah menegakkan Islam yang bercorak Ahlussunah waljamaah as Syafi’iyah akan
menjadi berbuah bila ideology dan atau paham keagamaan menjadi landasan kokoh
para kader organisasi ini.
Tekonsolidasinya paham keagamaan dan visi organisasi
adalah ruh perjuangan yang akan membangun kokoh gerak dan kegiatan di masa
datang. Pengalaman selama kurun waktu belakangan ini patut dijadikan renungan
bahwa salah satu factor pucat dan lesunya wajah PERTI karena kurang darah.
Darah PERTI tersedot atau disedot oleh kepentingan tertentu atau dapat juga
dikatakan karena lemahnya konsolidasi ideology. Secara tegas dapat dikatakan
bahwa semua jamaah PERTI mestinya harus bangun dari tidur panjang dan belajar
pada sejarah untuk memastikan kembali akar, asal dan sendi-sendi utama niat
pendirian PERTI oleh para ulama pejuang umat. Eksponen PERTI dihimbau untuk melek sejarah untuk dijadikan bahan ajar
memperbaiki cita, citra dan muruah
organisasi di masa datang. Siapapun yang terlibat atau melibatkan diri dengan
PERTI hendaknya mengali dan mengerti setiap episiode sejarah PERTI untuk
dihargai sebagai bentuk kiprah pendahulu dalam mengisi ruang hidup. Tidak elok
jika masa lalu disesali, akan tetapi yang harus dilakukan adalah merenda masa
depan dalam dinamika zaman, tanpa harus kehilangan ruh perjuangan.
C. Penguatan
Jami’yah
Hal penting yang harus segara dilakukan adalah
membenuhi semua sistim mesin organisasi agar bisa berfungsi. Kelembagaan PERTI
saat sudah ada, hanya saja perlu penguatan dengan revitalisasi organ dan
memenuhi kehendak AD dan ART PERTI. Perwujudan organisasi PERTI yang belum
cukup mengemuka seperti pengurus yang belum lengkap sampai PAC, kantor, plang
dan kegiatan PERTI yang belum dikenal umat, hendaknya segera dihidupkan. Pemahaman
masyarakat tentang PERTI juga agenda penting yang tak boleh diabaikan. Pengurus
dan jamaah PERTI harus dapat menghargai PERTI sebagai asset umat yang hadir
dalam dinamika sejarah bangsa dan umat di Indonesia. Lebih khusus lagi tentu
bagi PERTI di Sumatra Barat, ranah kelahiran ormas ini.
Jalan satu-satunya untuk dinamisasi organisasi adalah
segera dilakukan musyawarah cabang pada Kabupaten Kota dan pada akhirnya
dibentuk pula pengurus anak cabang di Kecamatan dan Pondok Pesanteren dan
halakah ilmu PERTI.
D. Pembinaan
Kader dan Jamaah.
Kader PERTI yang disemai di Madrasah Tarbiyah
Islamiyah berikut alumninya yang tersebar di Perguruan Tinggi belum mampu
terdata dan terbina. Kader potensial PERTI masih berserakan di berbagai tempat
yang seharusnya dapat diberdayakan bagi penguatan umat dan PERTI diberbagai
komunitas. Pelatihan dan pemberdayaan kader PERTI adalah agenda mendesak yang tak boleh ditunda
lagi, jika organisasi ini tetap survive. Membina jamaah pada dasarnya tetap
dilakukan ulama PERTI, masalahnya sampai saat ini belum lagi terkordinasi
dengan baik. Kegiatan suluk di surau, pengajian tarekat, kelompok dzikir,
wirid-wirid keagamaan di komunitas PERTI hendaknya dibina oleh pengurus PERTI secara
berjenjang. Semoga pimpinan dan jamaah
PERTI terus mengambil inisiatif untuk maju dan berubah menuju keadaan yang
lebih baik, bagi kemaslahatan umat. Ds.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar