Ketua DPD PERTI Sumatera Barat
Nilai seseorang
banyak ditentukan oleh karakter dirinya. Nabi Musa AS, ketika diangkat Allah
menjadi Rasul untuk mengajak Fir’aun kepada jalan Allah berdoa agar diberikan
karakter pemimpin, al-qur’an surat Thahaa, 20:24-35. Isinya
meliputi: (1). Pemimpin
Lapang Dada. Lapang dada adalah simbol
dari orang yang luwes cara berfikir dan tenang dalam bersikapnyanya. Lapang
dada adalah kesiapan diri untuk menerima berbagai keadaan yang terjadi.
Pemimpin lapang dada adalah mereka yang tidak berfikir sempit dan cepat
tersulut emosi menghadapi tingkah polah orang-orang yang mereka pimpin.
Pemimpin lapang dada adalah mereka yang memiliki kendali control yang tangguh
dan tegas dalam menghadapi situasi sulit. Lapang dada juga dapat dikatakan
mereka tidak terjebak pada sikap kecil dan mengelompok pada kotak sempit.
Pemimpin lapang dada akan lebih mengutamakan kepentingan lebih luas dari
kepetingan sepihak atau sekelompok orang. Pemimpin lapang dada dapat juga dikatakan
mereka yang lebih mengedepankan sikap negarawan di atas sikap sectarian dan
primordialisme.
(2). Profesional dan Berkapasitas. Modal
utama kedua adalah kemampuan professional dan kapasitas diri. Urusan kepemimpin
itu jelas tidak mudah dan tidak sederhana. Urusan kepemimpinan itu memerlukan
seperangkan kemampuan manajerial dan kemampuan teknis. Tidaklah patut dan jelas
tidak mungkin akan sukses bila modal professionalitas seorang pemimpin itu
terbatas. Kemampuan mengerti dengan seluk beluk dalam mengerakan dan mengurus
satu profesi dan jabatan adalah modal dasar yang tak boleh diabaikan oleh
seorang pemimpin. Alat ukur kemampuan atau profesionalitas seorang hanyalah
tingkat pendidikan yang dilaluinya atau tingkat pengalaman hidup yang pernah
dilewatinya. Penjenjangan pendidikan – S.1, S.2 dan S.3 – dapat menjadi tolok
ukur kemampuan profesionalitas seseorang. Begitu juga hal pengalaman hidup atau
(track record) yang pernah ditorehkan
seseorang dapat pula menentukan keprofesionalannnya.
(3). Efektif Dalam berkomunikasi. Modal
penting lainnya yang mesti harus dimiliki seorang pemimpin adalah komunikasi
yang efektif dan efesian. Ide, gagasan dan rencana besar yang melekat dalam
pikiran tidak akan diketahui atau diikuti orang bila tidak dijelaskan dengan
baik dan lugas. Komunikasi yang menjelaskan dan memberikan kepastian tentang
bentuk dan arah yang akan dilakukan bawahan adalah prasyarat utama dalam proses
kepemimpinan. Komunikasi ngambang dan tidak lancer akan menghambat tercapai
tujuan yang hendak diwujudkan seorang pemimpin. Kekakuan dalam berkomunikasi
adalah juga masalah besar untuk suksesnya seorang pemimpin. Menakar seberapa
efektif dan baiknya pola dan sisti komunikasi yang dipakai seorang tidak dapat
dilepaskan dari budaya dimana seorang hidup. Budaya
dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, ia tidak saja menentukan prilaku siapa
bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana prilaku berlangsung, tetapi
budaya juga ikut serta menentukan bagaimana orang merumuskan pesan, dan
kondisi-kondisi untuk mengirim pesan, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
(4). Mendapat
dukungan setia dari orang baik-baik. Pemimpin
adalah sosok yang tidak akan bisa berjalan dengan kehebatannya sendiri.
Pemimpin pastilah dibantu oleh orang-orang terdekat dengannnya, baik dekat
dalam artian structural maupun dalam makna sosial dan personal.
Pembantu-pembantu dekat adalah personal yang cukup besar artinya dalam
mempengaruhi kinerja pemimpin. Bagaimana pemimpin memilih orang-orang dekat dan
atau pembantunya patutlah mereka belajar pada kepemimpin Nabi Musa … Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu
dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, Teguhkanlah dengan Dia
kekuatanku, Dan jadikankanlah Dia sekutu
dalam urusanku, Supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau,Dan banyak mengingat
Engkau. Orang-orang sekitar pemimpin yang didasarkan atas dasar hubungan
kepentingan, tali darah dan tidak atas pertimbangan profesionalitas jelaskan
akan membahayakan diri pemimpin itu sendiri. Akan tetapi, itu juga
tidaksepenuhnya tidak baik, malah justru akan membantu lebih baik jika mereka
memiliki kemampuan kinerja yang benar-benar dapat meneguhkan visi,misi dan
program kerja pemimpin tersebut. Pilihan Nabi Musa meminta Harun saudaranya
menjadi pembantunya didasarkan pada kompetensi dan kekuatan agamanya, ini
sangat berharga untuk diteladani oleh para pemimpin. Semoga pemimpin, umat dan
jamaah PERTI dapat meneladani dan berjuang untuk mewujudkan karakter
kepemimpinan Nabi Musa AS, yang ayat di atas sudah menjadi doa harian ketika
akan memulai menyampaikan pidato atau sambutan. Amin. Ds.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar